Saya tak pernah ingin kamu bertanya
apa yang Bakal saya lakukan.
Lakukan saja apa yang benar.
—Steve Jobs ke Tim Cook pada 2011
Awal dan pertengahan kehidupan adalah
tema cerita pertama dan kedua Jobs; yang ketiga, kematian, menjelajahi tema gelap yang memberinya kesan tak terlupakan.
Jobs mengingatkan kita bahwa kematian
adalah "agen perubahan kehidupan", suatu bagian kehidupan alami.
Sebaiknya kita menerima kematian
dengan rela dan memusatkan perhatian
kepada Perjalanan hidup, bukan akhirnya.
Memento Mori adalah istilah Latin yang
berarti "Ingatlah bahwa engkau akan mati."Pemikiran itu tak pernah
jauh Bari benak Steve Jobs. Sejak muda, dia bersifat filosofis, dan terpukau
dengan hakikat waktu yang terus bergerak. Di sambutan wisudanya, Steve Jobs mengejutkan semua
orang karena mengakhirinya
dengan merenungkan kematiannya sendiri, bukan membagi optimisme tradisional. Bagaimanapun,
dengan berbicara mengenai
kehidupannya, dan juga kehidupan para lulusan Stanford, dia menjelaskan maksudnya: Akhir hidup akan
terjadi lebih lama daripada
yang kita bayangkan, jadi
lanjutkanlah hidup. Ketika dia masih
muda, sebagaimana kata Jobs kepada para lulusan Stanford, gagasan kematian
adalah "konsep yang berguna tapi murni intelektual." Namun, selagi dia menua,
konsepnya berubah menjadi fakta
kehidupan yang tak bisa ditolak: Kematian adalah tujuan kita semua, dan seperti dia tunjukkan kepada
para lulusan, guna
kematian adalah membersihkan
yang lama untuk memberi tempat kepada yang Baru.
David Sheff dari Playboy bertanya
kepada Jobs, "Bagaimana perasaan Anda mengenai perusahaan-perusahaan lama yang harus mengejar perusahaan Baru - atau berisiko
mati?"
Jawab Jobs, "Tidak
bisa tidak, itu pasti terjadi. Itulah mengapa saya
pikir kematian adalah penemuan terhebat dalam hidup. Kematian menghilangkan model-model lama yang usang dari
sistem.
Jobs mengingatkan kita
bahwa kita hanya memiliki waktu yang sempit untuk mencapai apa yang kita ingin
capai. Jendela kesempatan terbuka lalu tertutup; itulah hakikat kehidupan.
Namun, di Apple, dia menjalani hidup seutuh-utuhnya, sampai-sampai serasa
menjalani bukan satu tapi beberapa kehidupan sekaligus, bahkan sebelum dia
melanjutkan dengan membuat perusahaan komputer lain, NeXT: "Tiap tahun
sangat penuh masalah dan keberhasilan dan pengalaman belajar dan pengalaman
manusia, sehingga satu tahun serasa seumur hidup di Apple. Jadi sekarang
rasanya seperti sepuluh kali hidup," katanya kepada pewawancara Playboy.
KEJUTAN TAK TERDUGA DALAM HIDUP
Pada 2003, ketika dia didiagnosis mengidap tumor, konsep
kematian bukan lagi pemikiran abstrak, melainkan
kenyataan mengerikan. Memikirkan kematian membuat orang berhenti dan mengatur
prioritas dalam hidup. Dalam kasus Jobs, dia memastikan rencana pergantiannya di Apple berjalan, dan dia menggarap
berbagai proyek supaya bertahun-tahun ke depan Bakal ada produk. produk yang
tetap menyandang namanya. Dia juga menghabiskan waktu yang tersisa dengan
keluarganya, menyadari bahwa waktu adalah komoditas berharga yang terus
berkurang setiap hari.
Namun,
pekerjaan dan keluarga pun jadi kalah penting dibanding perawatan penyakitnya,
yang mesti menjadi prioritas utama. Jobs tak berandai-andai mengenai kondisi
medisnya. Meski dia tak banyak menyebut-nyebutnya, sebenarnya dia tahu dia
sedang berjuang demi hidupnya. Meski ada tim dokter dan pakar yang mencoba
menghadang kanker dengan berbagai cara, usahanya Ibarat membendung samudra;
pada akhirnya dia terbenam.
Seperti
dikatakan Jobs di sambutan wisudanya, ada banyak tekanan dari orang lain yang,
dengan beralasan "demi kebaikan kita", memberi nasihat tanpa diminta
mengenai cara terbaik menjalani hidup. Namun, yang gagal mereka pahami adalah
bahwa ini adalah hidup yang kita jalani sendiri,
bukan hidup mereka; kenyataan itu juga berarti bahwa kita sendiri harus bertanggung jawab. Dia mengingatkan kepada para
lulusan bahwa satu-satunya dosa adalah menjalani hidup orang lain, bukan hidup kita sendiri. Dalam sambutan wisudanya, Jobs
mengulang-ulang tema itu, karena sangat penting.
"Kehidupan kita unik,
jadi jalanilah tanpa
penyesalan karena kita hanya menjalaninya
satu kali"
0 Comments